Lepo-lepo “Zona Merah” DBD

  • Bagikan
ILUSTRASI DBD

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Demam Berdarah Dengue (DBD) identik dengan penyakit musiman. Biasanya, penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti mewabah ketika musim penghujanan. Seiring meningkatnya curah hujan di Kendari, kasus DBD pun turut merangkak naik. Sejauh ini, Lepo-lepo masuk "zona merah" dengan jumlah kasus tertinggi.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari Elffi mengungkapkan kasus DBD di Kota Kendari terus meningkat. Dari 143 kasus dinyatakan meninggal 2 orang yang berasal dari puskesmas Jati Raya dan puskesmas Wua-wua. Hal ini disebabkan keterlambatan penanganan. Sebab masyarakat masih menganggap DBD merupakan sakit biasa.

"Bagi warga yang merasa dirinya demam segera lakukan pemeriksaan ke puskesmas terdekat. Agar segera dilakukan tindakan. Karena biasanya orang menganggapnya hanya demam biasa. Padahal sudah terinfeksi DBD," jelasnya, Jumat (24/6).

Saat ini, Dinkes terus menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat bahaya DBD. Untuk mencegah penularan DBD, masyarakat diminta senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dengan menerapkan perilaku 3M yakni rajin menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas (sampah).

"Untuk menghindari terjadinya penambahan kasus seperti ini harus dilakukan dengan cara, Bersihkan lingkungan masing-masing upayakan tidak ada satu jentik nyamuk ada di rumah maupun di sekeliling kita. Itu penting dilakukan untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti," ujar Effi.

Jika ada anggota keluarga yang terpapar DBD, ia menyarankan untuk segera dibawa ke Rumah Sakit (RS). Selain bisa ditangani lebih awal, juga menghindari penularan ke anggota keluarga lainnya. Apalagi kondisi cuaca saat ini sangat mendukung pengembangan biakan nyamuk aedes aegypti.

"Penyebab utama penyebaran virus DBD dikarenakan gigitan nyamuk aedes aegypti. Untuk mengurangi penyakit yang terjadi akibat perubahan cuaca, kesadaran menjaga lingkungan sangat perlu," kata wanita berhijab ini. (b/m1)

Kasus DBD Tiap Puskesmas
Mata 4 kasus
Kandai 3 kasus
Poasia 10 kasus
Kemaraya 22 kasus
Puuwatu 19 kasus
Labibia 2 kasus
Perumnas 14 kasus
Jati raya 16 kasus
Wua-wua 18 kasus
Mekar 10 kasus
Lepo-lepo 25 kasus
Benu-benua, Mokoau, Abeli dan Nambo Nihil Kasus

Wabah DBD
Hingga Juni 143 Kasus
Dua Kasus Meninggal Dunia
Keterlambatan Penanganan pasien
Masyarakat Masih Anggap DBD Sakit Biasa
Padahal Masa Inkubasi Cepat dan Resiko Kematian Tinggi
Galakkan Gerakan 3 M (Menguras, Mengubur dan Menutup)
Terapkan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
Lakukan Fogging

  • Bagikan