Banjir Lagi, Warga Menanti Solusi

  • Bagikan
BUTUH SOLUSI : Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse (tengah) ketika turun memantau langsung situasi terkini banjir di Kecamatan Bungi, siang kemarin. Termasuk melihat lokasi Pesantren Al Amanah yang terendam.

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Sejumlah wilayah di Kabupaten Buton dan Kota Baubau kembali dilanda bencana banjir. Warga dua daerah kepulauan yang bertetangga itu dibuat panik sejak Kamis sore lalu. Hujan mengguyur tak henti, hingga Jumat (24/6) pagi. Air datang dan langsung merendam sejumlah pemukiman dan persawahan. Itu kali kedua banjir melanda pada Juni ini. Di Kota Baubau, luapan air terparah terjadi di Kecamatan Bungi. Sebuah pesantren bahkan terendam hingga setengah dari ketinggian bangunan. Sawah-sawah juga tertutup permukaan air. 100 hektare padi yang baru ditanam tersapu bersih. Warga berupaya menyelamatkan barang-barangnya keluar dari rumah. Tim gabungan yang terdiri dari TNI-Polri, Pemadam Kebakaran, BPBD hingga SAR Baubau terlihat di lokasi membantu warga.

Tinggi air diperkirakan mencapai 1,5 meter di kompleks persawahan. Sedangkan di pemukiman warga, hingga setinggi paha orang dewasa. Beruntung, hujan mulai reda di siang hari dan air pun berangsur surut. Meski begitu warga mengaku masih trauma dan terus melihat kondisi beberapa hari ke depan sebelum memutuskan kembali ke rumah. "Ini sudah tiap tahun, tidak tahu lagi harus seperti apa. Hanya menunggu solusi dari pemerintah seperti apa. Hujan takut banjir, tidak hujan tak bisa bertani juga, jadi bingung," keluh seorang warga di lokasi banjir.

Sementara di Kabupaten Buton, Desa Lasembangi terendam untuk kedua kalinya di Juni ini. Padahal warga baru saja menata kembali rumahnya pasca banjir pekan lalu. Kini mereka pun kembali di pengungsian dan rumah kerabat untuk memastikan keamanan diri dan keluarga. Pemerintah memang selalu hadir di tengah warga, namun itu hanya memberi solusi sementara, sedangkan masyarakat butuh solusi jangka panjang. "Kita ini sudah langganan banjir. Memang ada bantuan Sembako dan Posko dari pemerintah. Tapi ini penanganan banjir, kita ingin solusi pencegahan supaya tidak banjir-banjir lagi," celutuk warga lainnya.

Selain Desa Lasembangi Kecamatan Lasalimu, sebagian wilayah ibu kota Pasarwajo juga sempat lumpuh karena amukan air yang tak lagi menemukan jalan mengalir ke laut. Titik genangan paling tinggi ada Desa Kabawakole. Di sana, dua sekolah terendam parah. Termasuk kantor desa juga lumpuh dari aktifitas. Angkutan umum dari arah berlawanan sempat macet hingga dua jam. Air mulai surut ketika dilakukan penjebolan tanggul di pesisir Teluk Pasarwajo.

"Solusi cepatnya, tadi kita datangkan alat (exavator) untuk menjebol tanggul di teluk, air bisa terurai ke laut," jelas Camat Pasarwajo Amrudin, kemarin. Saat ini, Amrudin menyebut, kondisi berangsur normal. Warga sudah mulai bersih-bersih di rumahnya. Sedangkan anak sekolah belum diketahui kapan kembali masuk kelas. Sebab kondisi sarana pendidikan tersebut cukup memprihatinkan pasca terendam.

Sementara itu, Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse, sudah meninjau langsung lokasi banjir terparah di Kecamatan Bungi. Baubau-1 itu langsung membawa seluruh personel instansi terkait untuk melakukan penanganan. "Saya sudah instruksikan semuanya, Dda dinas PU supaya dicek drainasenya, di sungai juga kabarnya sudah tebal sedimennya. Ada Dinas Pertanian, bagaimana kondisi sawah, apakah ada peluang bantuan bibit lagi. Dinas Sosial, bantuan apa kira-kira, semuanya ada tugas," paparnya.

Setelah ini, Ia akan mengkaji semua laporan dinas untuk kemudian menentukan kebijakan jangka panjang seperti apa sebagai solusi tepatnya. "Penanganan banjir tidak bisa instan, banyak faktor pemicunya. Belum lama ini juga kehutanan kita menangkap pembalak liar di Sorawolio, daerah yang gunungnya harus dijaga karena sungai kita dari sana," tambahnya. Soal kerugian atas bencana itu, Moni mengaku masih menunggu laporan akurat dari jajarannya. (b/lyn)

  • Bagikan

Exit mobile version