Balitbang Sultra Gagas Perda Pelestarian Sagu

  • Bagikan
LESTARIKAN SAGU : Kepala Balitbang Sultra, Hj. Isma (keempat dari kanan, duduk), berpose bersama usai kegiatan forum diskusi dan pelatihan budi daya sagu di Desa Labela, Kecamatan Besulutu, kemarin.

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar forum diskusi dan pelatihan budi daya sagu di Desa Labela, Kecamatan Besulutu, Minggu (19/6). Kegiatan yang berlangsung di saung kelompok tani (Poktan) Meohai tersebut, diikuti 30 warga yang tergabung dalam komunitas pemerhati sagu "Tawarondo". Kegiatan itu dibuka langsung Hj. Isma selaku Kepala Balitbang Sultra, serta menghadirkan narasumber Universitas Halu Oleo (UHO) Dr. Ir. Fransiscus Suramas Rembon M.Sc. Isma mengatakan, besarnya potensi sagu yang tersebar pada beberapa wilayah di Sultra, perlu mendapat perhatian seluruh stakeholder terkait. Pemerintah Daerah (Pemda) serta masyarakat, mesti lebih serius terkait pengelolaan maupun pembudidayaan tanaman sagu. Hal itu berkaca dari terjadinya penurunan produktivitas dan alih fungsi lahan sagu secara signifikan yang terjadi setiap tahun. Isma beranggapan, secara tidak langsung fenomena itu menjadi ancaman akan punahnya tanaman sagu yang harus diantisipasi sejak dini.

"Makanya, dengan adanya komunitas pemerhati sagu "Tawarondo" yang telah dinisiasi pembentukannya oleh tim peneliti dari internal Balitbang sendiri, kita harapkan dapat menjadi wadah kebersamaan dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk menjaga dan melestarikan sagu. Dampaknya pada peningkatan perekonomian masyarakat dan eksistensi sagu sebagai pangan lokal dan identitas budaya," paparnya, kemarin. Salah satu upaya menjaga kelestarian tanaman sagu yang merupakan panganan lokal Sultra itu, dapat dilakukan dengan memberi penguatan dan pemberdayaan komunitas lewat pelatihan budidaya sagu. Begitupun forum diskusi. Kegiatan semacam itu, sambung Isma, diperlukan untuk mendudukkan berbagai kendala dan mencarikan solusi terbaik melalui kebijakan yang sifatnya pro petani sagu.

"Pemprov Sultra maupun Pemerintah Kabupaten/Kota, perlu berkolaborasi dalam merencanakan program dan penganggaran sebagai upaya pelestarian tanaman sagu. Entah itu dari aspek budi daya di hulunya, maupun pengolahan produk turunan sagu lainnya atau hilirnya. Pemprov melalui Balitbang Sultra komitmen untuk mendukung eksistensi komunitas pemerhati sagu "Tawarondo", khususnya untuk pelestarian dan pengembangan tanaman sagu," ujarnya. Ke depan, pihaknya berencana menggagas regulasi peraturan daerah (Perda) Pelestarian Tanaman Sagu. Sehingga, perencanaan program dan penganggaran pengembangan sagu telah memiliki dasar yang kuat dan mengikat.

Sementara itu, Indra Rahayu Setiawati dan Nisa Nasyra Rezki selaku Tim Peneliti Balitbang Sultra, mengakui pentingnya membangun komitmen bersama dalam mendorong pengembangan sagu sebagai identitas budaya dan pangan lokal di Sultra. Keduanya menyebut, kegiatan forum diskusi dan pelatihan budidaya sagu di Desa Labela, merupakan tindak lanjut dari giat Focus Group Discussion (FGD) pembentukan komunitas pemerhati sagu sebelumnya. Lewat kegiatan itu, diharapkan menambah wawasan masyarakat maupun para petani sagu. Sekaligus, dapat menjadi motivasi untuk bergerak melestarikan sagu, khususnya dengan melakukan pemeliharaan secara berkala.

"Kegiatan ini tidak akan terus kami lakukan, apalagi Tupoksi Balitbang Sultra sangat terbatas. Sehingga, peran utamanya adalah tetap pada instansi teknis terkait serta kemauan besar dari internal masyarakat sendiri," beber Indra Rahayu Setiawati diamini Nisa Nasyra Rezki.
Di tempat yang sama, Ketua Komunitas Pemerhati Sagu "Tawarondo, Alimudin, mengatakan, untuk memotivasi masyarakat agar lebih semangat dalam memelihara dan melestarikan sagu, perlu dukungan dari aspek teknologi pengolahan sagu. Dukungan itu diyakini dapat meningkatkan nilai tambah yang akan berdampak pada meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat. (b/adi)

  • Bagikan