10 Desa Terendam, Janji Lebarkan Sungai

  • Bagikan
RESPON CEPAT : Bupati Buton, La Bakry (kelima dari kiri) saat meninjau situasi Desa Lasembangi di Kecamatan Lasalimu. Saat ini sejumlah warga masih bertahan di Posko pengungsian. Pemkab menyalurkan bantuan beras dan mie instan.

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Sejumlah warga pada 10 desa dan kelurahan pada dua kecamatan, Lasalimu dan Kapontori di Kabupaten Buton, kini belum bisa beraktivitas seperti biasa. Petani tak bisa ke kebun, nelayan menghentikan kegiatan melaut. Bahkan pedagang tak bisa membuka lapaknya. Mereka terkurung dalam rumah masing-masing setelah hujan deras tanpa jeda mengguyur selama dua hari, sejak Jumat hingga Sabtu (18/6) lalu. Bahkan tak sedikit juga yang memilih mengungsi ke rumah tetangga atau kerabat di desa sebelah yang tak terdampak banjir tersebut.

Bupati Buton, La Bakry, merespon bencana alam itu dengan mengumpulkan seluruh jajarannya pada Minggu (19/6) pagi. Bersama Kapolres Buton, AKBP Gunarko, La Bakry menggelar rapat membahas berbagai upaya penanganan banjir yang melanda sejumlah wilayah di otoritanya itu. Bupati langsung menginstruksikan pendirian Posko untuk pengungsian korban banjir, dilengkapi dengan kesiapan tenaga medis dan penyaluran bantuan Sembako. Usai rapat bersama, La Bakry dan rombongan meninjau lokasi banjir terparah di Desa Lasembangi, Kecamatan Lasalimu.

Diakuinya, wilayah-wilayah yang banjir kali ini merupakan daerah langganan setiap tahun. Seperti Lasembangi, Lawele dan Togomangura. Hanya saja tahun ini kondisinya lebih parah, karena ketinggian air mencapai satu meter, bahkan ada yang hingga setengah badan rumah warga terendam. Sehingga respon pemerintah, OPD terkait harus lebih cepat dan tepat dalam penanganan bencana alam itu. "Kami antisipasi yang bersifat darurat dulu, seperti mendirikan Posko kesehatan, pengungsian. Yang paling dibutuhkan tadi itu beras dan air bersih, itu kita sudah atasi, kita bagikan beras, PDAM juga standby," kata La Bakry.

Ia juga meminta dinas terkait untuk memetakan wilayah rawan banjir dan penyebabnya. Solusinya selain mengandalkan pemerintah kabupaten, OPD juga dituntut agar bisa membidik program pencegahan dari Pemerintah Pusat. "Tujuannya kenapa kita datang dengan OPD supaya mereka melihat, apalagi banjir bukan kali ini saja. Sehingga kita pikirkan solusi jangka panjang, misalnya mengusulkannya ke pusat dan juga di APBD Perubahan akan kita tingkatkan biaya-biaya penanganan banjir ini," tambahnya.

Selanjutnya, Pemkab akan berkoordinasi dengan Pemprov Sulawesi Tenggara dan BNPB untuk mendapat perhatian khusus. Solusi jangka panjang menurut La Bakry adalah pelebaran badan sungai sehingga daya tampung air lebih besar. Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buton, Manafu, mengatakan banjir yang terjadi di wilayah Kecamatan Lasalimu seperti Desa Lasembangi dan Lawele merupakan kejadian tahunan jika intensitas hujan sangat tinggi. Sungai di sana akan meluap dan air akan menggenang ke halaman rumah warga.

“Lokasi terjadinya banjir ini rata-rata di jalur sungai. Airnya meluap karena sedimen terus naik jadi daya tampungnya berkurang. Harus ada pengerukan,” katanya. Ia memastikan Tim Tanggap Bencana akan berada di Posko selama ancaman bencana masih mengintai. Mengenai kebutuhan yang dibutuhkan warga seperti air bersih lanjut Manafu, sudah disiapkan oleh PDAM, termasuk BPBD juga menyiapkan tenda untuk Posko dan tandon untuk tempat air bersih. Diketahui, sejumlah wilayah di Kecamatan Lasalimu dilaporkan terendam banjir yakni Togomangura, Talaga Baru, Suandala, Nambo, Wagari, Lasembangi dan Kelurahan Kamaru. Sementara di Kecamatan Kapontori terjadi di Kelurahan Wakangka, Desa Wakuli dan Todanga. (b/lyn)

  • Bagikan