Bupati Buteng Samahuddin Menutup Masa Pengabdian dengan Karya Pembangunan

  • Bagikan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Masa pengabdian Bupati Buton Tengah (Buteng) Samahuddin tersisa enam hari. 22 Mei nanti, Samahuddin akan menyandang status mantan bupati. Selama lima tahun menjadi bupati, Samahuddin mempersembahkan karya pembangunan infrastruktur dan suprastruktur. Lima tahun tentu tak cukup untuk menuntaskan semua agenda pembangunan secara paripurna.

“Penyelenggaraan pemerintahan di masa kepemimpinan saya telah menghasilkan
beragam penghargaan dan prestasi. Meski demikian, pasti ada kekurangan dan
permasalahan yang belum saya tuntaskan. Untuk itu saya memohon maaf baik
untuk pribadi, keluarga, maupun OPD yang saya pimpin,” ujar Bupati Buteng, Samahuddin.

Kendati belum dapat memenuhi ekspektasi seluruh masyarakat, namun karya pembangunan Bupati Samahuddin sudah luar biasa. Sebagai daerah otonomi yang masih sangat belia, Kabupaten Buteng kini jauh berubah.

Siapapun yang pernah berkunjung ke Buteng dapat melihat betapa bagusnya kondisi jalan-jalan yang menghubungan setiap wilayah di daerah itu. Sebagian
besar jalan kabupaten menggunakan aspal kualitas terbaik yang tentunya
membutuhkan biaya besar.

Bupati Buteng, Samahuddin

Bahkan, di penghujung masa jabatannya, beberapa proyek peningkatan jalan terus dikebut Bupati Samahuddin. Bupati pertama pilihan rakyat Buteng itu menyadari betul peran vital dari akses jalan. Selain untuk distribusi hasil pertanian, perikanan, dan produk lokal lainnya, kondisi jalan yang memadai juga berperan penting dalam mendukung promosi wisata yang sedang gencar dilakukan.

Untuk membangun konektivitas antarwilayah, infrastruktur pelabuhan
ferry Tolandona-Baubau baru saja tuntas dibenahi dan telah mulai dioperasikan.
“Saya ingin Buteng sebagai daerah baru, perputaran ekonomi masyarakat bergerak
cepat. Sehingga akses jalan harus teraspal mulus,” ungkap Bupati Samahuddin.

Sang bupati meminta maaf kepada warganya jikalau selama memimpin Buteng masih terdapat permasalahan yang belum dituntaskan. Ia mengaku tak luput dari khilaf dan salah selama lima tahun memimpin Buteng. "Beberapa kebijakan mungkin tidak mampu memuaskan semua pihak," terang Bupati Samahuddin.

Walau demikian, Ketua DPC PDIP Buteng itu meyakini bahwa kemaslahatan rakyat dan dampak jangka panjang menjadi pertimbangan utamanya dalam pembangunan selama memimpin Buteng. Misalnya, pembangunan infrastruktur dasar berupa jalan raya.

Pada aspek kesehatan, suami Jusniar itu terus membenahi fasilitas kesehatan,
memudahkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, serta memberikan
jaminan pengobatan bagi warga kurang mampu.

Di tahun 2021, Bupati Samahuddin melalui Dinas Kesehatan Buteng mendirikan satu unit puskesmas pembantu (Pustu) di Tanailandu, merelokasi puskesmas di Sangia Wambulu, menghadirkan puskesmas keliling di Talaga Raya, serta menambah masing-masing satu unit mobil jenazah di Kecamatan Mawasangka dan Kecamatan Talaga Raya. Akhir pekan lalu, Bupati Buteng Samahuddin meresmikan UPTD Puskesmas Sangia Wambulu yang menjadi puskesmas termegah di Buteng sejauh ini.

Pada bidang sanitasi sejak tahun 2017 hingga 2022, terhitung 34 kegiatan
dilakukan dengan anggaran mencapai Rp 16,6 miliar. Di antaranya, kegiatan
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kombinasi mandi-cuci-kakus, (MCK), pembangunan MCK kombinasi IPAL komunal, pembangunan baru IPAL skala
pemukiman kombinasi MCK, pembangunan tangki septik skala individual perdesaan minimal 50 KK, pembangunan IPAL skala pemukiman kombinasi MCK, pembangunan MCK dan jaringan perpipaan lembaga pendidikan agama, dan pembangunan tangki septik komunal.

Kualitas pendidikan terus dipacu. Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Buteng, Bupati Samahuddin mendorong lahirnya Sekolah Penggerak. Tahun ini, sembilan sekolah di Buteng berhasil lolos seleksi Sekolah Penggerak, setelah sebelumnya di tahun 2021 menelorkan 10 sekolah dalam program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) itu. Program Sekolah Penggerak yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa, bisa menjadi katalis untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebelumnya, Bupati Samahuddin menghadiri acara Pekande-kandea di Kecamatan Sangia Wambulu, akhir pekan lalu. Pada kesempatan itu, dirinya berpesan agar tradisi Pekande-kandea terus dilestarikan kendati masa baktinya telah berakhir.

Ia telah mewariskan Peraturan Daerah (Perda) sebagai landasan pelaksanaan tradisi turun temurun itu. Ke depannya, Pekande-kandea akan menjadi agenda tahunan Pemkab Buton Tengah.

“Ini adalah suatu kesyukuran. Saya dengan tulus menyampaikan kepada anggota
DPRD Buteng khususnya di Sangia Wambulu, mohon setiap tahun dilaksanakan karena anggaran sudah ditetapkan oleh Pemda. Saya berpesan kepada penjabat bupati agar tahun depan jangan ditunda pelaksanaannya karena ini
agenda tahunan masyarakat Tolandona,” harapnya.

Pekande-kandea merupakan kegiatan rutin masyarakat Tolandona yang diadakan pada setiap tahunnya sebagai wujud kesyukuran kepada Yang Maha Pencipta didasarkan pada berbagai sudut pandang. Untuk kalangan petani, Pekande-kandea sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan dan berkah keberhasilan panen usaha tani.

Di kalangan masyarakat nelayan, sebagai ungkapan rasa syukur karena hasil
laut yang melimpah. Sedangkan bagi umat Islam, sebagai ungkapan rasa syukur
karena berhasil menunaikan ibadah puasa dan puasa sunnah di bulan Syawal.

“Pekande-kandea memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan sehingga
harus selalu dilestarikan dan dibumikan. Ada makna dan pesan yang diwujudkan
dalam pelaksanaan Pekande-kandea. Selain ungkapan rasa syukur, Pekande-kandea diharapkan mengokohkan kekerabatan di antara masyarakat sehingga kebersamaan dan persaudaraan selalu terpelihara,” tandas Bupati Samahuddin. (uli/b)

  • Bagikan