Gesture Jokowi dan Substansi US-ASEAN Summit

  • Bagikan
Trulogi

Di tengah tendensi yang menyerbunya, saya mengamati beliau sudah semakin pandai membawa diri. Di banding yang dulu-dulu sekali. Saya melihat edaran videonya, ia ngomong compang-camping dalam bahasa Inggris. Begitu juga saat berbicara di hadapan publik internasional dalam agenda tertentu.

Sosok yang kebijakan publiknya selalu ditepis oleh Rocky Gerung itu, mampu menjaga wibawa dan martabat bangsa saat nongkrong di sebuah "warkop" bernama Blue Room bersama pemimpin negara ASEAN lain. Presiden kita tampil percaya diri. Jas hitam berpadu dasi merah mengisyaratkannya. Saya jadi ingat tiga orang yang suka berpenampilan begitu; Arsene Wenger, Alex Ferguson dan Donald Trump. Mereka yang saya sebut itu, bukan "kaleng-kaleng" atau "kayu-kayu" di bidangnya.

Bukanlah pekerjaan yang dapat dipandaente menjadi sosok yang merepresentasikan sebuah bangsa beradat untuk tampil di pentas global. Butuh convidence dan leadership yang tangguh. Mr. Presiden--Jokowi--mampu tampil sebagai tolonya dalam konferensi elit itu. He own the stage.

"We are continue to elevate this partnership and strengthening our cooperation to make a better, save and more prosperious world to all our children," ucap Biden mengakhiri sambutannya di hadapan para pemimpin negara-negara ASEAN. Semua pasti sepakat, apa yang dikatakan bos Kamala Harris itu sungguh mulia. Melalui US-ASEAN Summit, ia ingin memberi legasi yang baik pada peradaban. Walaupun pasti ada yang menduga-duga, jangan sampai ada agenda politik lain yang terselip.

Peristiwa summit, menjadi ajang sebuah komunitas untuk berbagi kisah sukses atau kegagalan. Momentum untuk saling belajar dari pengalaman satu sama lain. Summit adalah pasar raksasa tempat berbelanja ide dan menjual gagasan.

Lewat pertemuan ini, mantan Vice President Obama itu hendak melakukan perubahan yang berarti. Ia paham bahwa posisi ASEAN sangat penting di Indo-Pasifik. Kita tahu, Amerika dan Barat (Eropa) tak sepi akan individu yang visioner. Mereka cermat dalam menyusun strategi. Namun kedua hal itu belum cukup untuk secara signifikan memberi perubahan yang ideal: perdamaian abadi dan stabilitas.

Kunci perubahan adalah akumulasi dari visi, strategi dan kolaborasi. Maka US-ASEAN Summit adalah langkah kolaboratif Biden. Untuk melakukan perubahan. Apa yang perlu di ubah?. Apa ya?.

  • Bagikan