Melayani Masyarakat Kendari dengan Aplikasi Daoa
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Kemajuan teknologi saat ini mempengaruhi seluruh sektor ekonomi masyarakat. Transaksi keuangan yang sebelumnya secara manual kini berbasis digital (aplikasi). Pemerintah Kota Kendari melebur dalam pelayanan digital seiring kemajuan teknologi. Beragam aplikasi sudah dihadirkan Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir. Ada aplikasi Jaga Kendari (Jari), e-SPPD, aplikasi Laika.
Terbaru, Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mewujudkan sistem pembayaran nontunai. Aplikasi Daoa dihadirkan Wali Kota Sulkarnain sebagai inovasi dalam pelayanan masyarakat.
Wali Kota Sulkarnain mengatakan aplikasi Daoa dihadirkan dalam rangka merubah kebiasaan masyarakat yang bertransaksi (membayar) secara tunai (cash) menjadi nontunai.
Guna meysukseskan program tersebut, Pemkot Kendari bersama Bank Indonesia menyiapkan QRIS (Quick Response Indonesian Standart) yang digunakan sebagai sistem bayar pengganti uang tunai. “Ini penting untuk kita membiasakan diri bertransaksi elektronik,” ujar Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir kepada Kendari Pos, Selasa (26/4), kemarin.
Rencananya, Aplikasi Daoa diterapkan di enam pasar di Kota Kendari, yakni Pasar Lapulu, Baruga, Anduonohu, Pasar Basah Mandonga, Pasar Wayong dan Pasar Punggolaka. "Tujuannya agar aplikasi ini bisa segera memasyarakat. Aplikasi ini juga menggandeng beberapa Bank Himbara (Himpunan Bank Negera)," ungkap Wali Kota Sulkarnain.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu meyakini, kehadiran aplikasi Daoa bisa memudahkan transaksi keuangan masyarakat, sekaligus mewujudkan visi misi Kendari menjadi kota layak huni berbasis ekologi (lingkungan), informasi, dan teknologi.
Terpisah, Plt.Kepala BI Perwakilan Sultra Aryo Wibowo T Prasetyo menyambut baik rencana Pemkot menerapkan aplikasi Daoa. Menurutnya, peralihan transaksi keuangan dari tunai menjadi nontunai sangat penting untuk memudahkan dan membiasakan masyarakat bertransaksi secara elektronik.
Bagi Aryo Wibowo, kehadiran aplikasi Daoa sangat tepat mengingat Kendari sudah menjadi salah satu daerah yang masuk kategori pemerintah daerah (Pemda) digital dengan indeks 84 persen. "Dinyatakan pemda digital jika memiliki indeks di atas 80 persen," ujar Aryo.
Menurut Aryo, ke depannya Pemkot Kendari masih memiliki tantangan yakni bagaimana melibatkan masyarakat secara luas.
“Masih ada sedikit pekerjaan rumah (PR) yaitu masalah retribusinya masih 74 persen. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini secara terus menerus akan mencapai pemda digital,” ungkapnya.
Aryo tak menampik jika saat ini, pemkot sudah menerapkan QRIS dalam menarik retribusi disejumlah titik seperti di area Pedagang Kali Lima (PKL) Kali Kadia, Wisata Nambo dan pembayaran air bersih di PDAM. "Ini harus diperbanyak, salah satunya melalui Aplikasi Daoa ini," pungkasnya. (ags/b)