Mahasiswa Desak Pemerintah Turunkan Harga BBM, LPG, PPN

  • Bagikan

Suarakan Jeritan Rakyat

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID — Ribuan mahasiswa di seantero negeri kompak turun ke jalan. Mahasiswa di Sultra pun menggelar parlemen jalanan, Senin 11 April, kemarin. Mereka menyuarakan jeritan hati rakyat kecil. Sudah dihimpit kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19, rakyat diperhadapkan dengan kenaikan sejumlah komoditas. Bahan Bakar Minyak (BBM), gas elpiji (LPG) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik. Minyak goreng langka, harganya pun naik. Kebijakan pemerintah menaikkan kebutuhan mendasar rakyat itu memicu aksi unjuk rasa mahasiswa di sejumlah daerah.

Aksi 11 April kemarin, ribuan mahasiswa mendesak pemerintah segera meninjau kembali kebijakan menaikan harga BBM, gas elpiji, dan PPn. Bukan hanya itu, demonstran juga meminta Presiden Jokowi mencopot tiga menteri yang gagal melaksanakan tugasnya.

Aksi menentang kebijakan pemerintah digaungkan oleh seluruh elemen mahasiswa di Sultra. Mulai dari Lembaga Cipayung Plus Kota Kendari, Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Universitas Halu Oleo (UHO), KBM Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK), dan beberapa perwakilan gerakan mahasiswa di Kendari. Seluruhnya meminta Presiden Jokowi meninjau kembali kebijakannya.

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) Kendari, Badi Farhan menyebut pemerintah menaikkan harga BBM Pertamax menjadi Rp12.500 per liter, sebelumnya hanya Rp9 ribu. Kondisi ini mengakibatkan pengguna Pertamax beralih ke BBM Pertalite. Situasi itu memicu kelangkaan Pertalite yang pada umumnya dibutuhkan masyarakat kecil.

Berikutnya mengenai elpiji 3 Kg. Wacana mencabut subsidi elpiji, kata Badi akan sangat berefek pada masyarakat kecil dan pelaku UMKM yang menggantungkan hidup pada jenis bahan bakar tersebut. “Kami menolak dengan tegas kenaikan BBM dan renacana kenaikan elpiji yang akan menyengsarakan rakyat,” kata Badi saat berorasi di depan Kantor DPRD Sultra, Senin (11/4), kemarin.

Senada, Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kota Kendari Iwan Haridi mengaku kebijakan pemerintah sangat menyengsarakan rakyat. Selain harga BBM yang tidak mampu dikendalikan, kebijakan lain sangat merugikan rakyat seperti kenaikan PPN dari 10 persen menjadi 11 persen.

“Kami menilai kenaikan PPN ini dapat memicu lonjakkan harga barang dan jasa yang akan berimbas pada menurunnya daya beli masyarkat. Kondisi ini tentunya menghambat pertumbuhan ekonomi negara yang tentunya berdampak kepada rakyat itu sendiri,” kata Iwan.

Di tengah aksi 11 April, Ketua DPRD Sultra, Abdurrahman Shaleh turun langsung menemui demonstran. Ia mengapresiasi unjuk rasa sebagai bentuk kritik dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah.

Ketua DPW PAN Sultra itu mendukung penuh aksi 11 April dan berjanji akan bersama mahasiswa untuk memperjuangkan kepentingan rakyat kecil. “DPRD Sultra menyatakan sikap menolak kenaikan BBM dan berbagai persoalan yang menjadi tuntutan aspirasi mahasiswa. Kami mendukung aspirasi dan tuntutan adik-adik mahasiswa,” kata Abdurrahman Shaleh saat menemui demonstran.

Ia menambahkan, aspirasi mahasiswa akan segera ditindak lanjuti melalui paripurna DPRD yang hasilnya diteruskan kepada Presiden Jokowi. “Ini adalah permainan kapitalisme para cukong-cukong, dan ini harus segera ditindak tegas. Untuk itu kami meminta Presiden Jokowi harus segera menuntaskan masalah ini,” kata Abdurrahman Shaleh.

Jauh di Kota Unaaha, ratusan mahasiswa Universitas Lakidende (Unilaki) Konawe menggelar aksi damai di kantor DPRD. Selain menolak kenaikan harga BBM, PPN dan kebutuhan pokok, mahasiswa Unilaki juga menolak wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan Presiden. “Kami mendesak DPRD Konawe ikut menolak penundaan pemilu 2024,” ujar Ulfa Nurfatimah, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unilaki didampingi Wakilnya, Faizal Fajrin.

Mahasiswa Unilaki diterima Ketua DPRD Konawe, Ardin. Politisi PAN itu berjanji akan menyampaikan mahasiswa Unilaki tersebut ke DPR RI. “Kami wakil rakyat Konawe menyatakan menolak dengan keras wacana atau isu-isu yang ingin mencederai konstitusi di negara kita. Kepemimpinan ini cuma dua periode. Kami dukung aksi ini karena mahasiswa adalah benteng terakhir perjuangan rakyat,” tegas Ardin.

Unjuk Rasa Ricuh

Gerakan demonstrasi mahasiswa dari berbagai universitas di Sultra ricuh. Diduga karena provokasi oknum yang menyusup dalam rombongan mahasiswa. “Tiba-tiba ada yang melempar batu ke arah massa yang sedang berdialog dengan Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Shaleh,” kata Mirwan salah satu peserta aksi, Senin (11/4).

Massa pun bereaksi. Personel kepolisian bergerak meredam kericuhan. Gas air mata dan meriam air (Water Cannon) diarahkan untuk membubarkan kerumunan massa aksi. Massa berhamburan menghindari gas air mata dan membalas dengan melemparkan batu. Beberapa fasilitas kantor DPRD Sultra rusak akibat insiden itu.

10 orang massa aksi turut diamankan. Delapan berstatus mahasiswa, dua orang lainnya berstatus pelajar SMK. “Setelah diinterogasi, mereka dipulangkan,” kata Kapolresta Kendari AKBP Didik Erfianto kepada Kendari Pos, Senin (11/4).

Gugur dalam Tugas Mulia

Brimob Polda Sultra berduka. Salah satu perwira terbaiknya gugur dalam tugas mulia. IPDA Imam Agus Husein, STRK meninggal dunia usai pengamanan (PAM) unjuk rasa, Senin (11/4), kemarin. Perwira Unit Gegana Brimob Polda Sultra itu meninggal dunia di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari sekira pukul 17.30 Wita.

Kabid Humas Polda Sultra Kombes Pol Ferry Walintukan membenarkan informasi tersebut. Ia mengatakan, IPDA Imam mengalami benturan di pintu kendaraan taktos Barakuda usai bertugas mengamankan jalannya aksi demontrasi mahasiswa.

“Dia lagi di atas mobil, terbentur pintu mobil. Pintu mobil Brimob berat. Untuk lebih lengkapnya, masih menunggu penjelasan dari dokter kesehatan terkait penyebab meninggalnya,” kata Ferry Walintukan kepada Kendari Pos, kemarin.

Terkait penyebab lengkap meninggalnya IPDA Imam, kata dia, masih dalam proses mencari tahu secara mendalaman dan menyeluruh. Dari informasi yang dihimpun, saat massa aksi sudah berangsur-angsur bubar, IPDA Imam terbentur pintu mobil. Kemudian dibawa ke RS Bhayangkara. “Beliau sesak nafas dan muntah darah. Kami sangat berduka cita atas kejadian ini,” tandas Kombes Ferry Walintukan.
(ags/ali/adi/b)

Suarakan Jeritan Rakyat

  • Bagikan